Terlihat Sehat? Hati-Hati Hipertensi Diam-Diam Bisa Membunuhmu

Zalia Fatikha Rahma (Sekbid Riset Pengembangan Keilmuan periode 2024)

Hipertensi sering disebut dengan istilah penyakit Silent Killer atau dapat dikatakan sebagai penyakit yang diam-diam mematikan, sebab penyakit ini sering muncul tanpa adanya gejala. Dan kebanyakan orang baru menyadari ketika sudah dalam kondisi yang parah atau komplikasi.
Tingginya angka morbiditas dan mortalitas menjadikan hipertensi sebagai kondisi medis yang berbahaya. World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 29% populasi global akan menderita hipertensi pada tahun 2025 (Suprayitno, 2019).
Menurut data kesehatan tahun 2018, sekitar sepertiga (34,1%) penduduk berusia dewasa di Indonesia menderita tekanan darah tinggi. Provinsi Kalimantan Selatan memiliki angka penderita tertinggi, sedangkan Papua memiliki angka terendah. Sayangnya, banyak penderita hipertensi yang tidak mengetahui kondisi mereka. Bahkan dari mereka yang sudah tahu, masih banyak yang tidak rutin minum obat (Lukitaningtyas & Cahyono, 2023).

Apa Itu Hipertensi?
Hipertensi atau darah tinggi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah di atas nilai normal. Kondisi ini dapat disebabkan karena beberapa faktor yang tidak bekerja dengan baik sehingga tekanan darah tidak bisa terjaga normal.Berdasarkan beberapa standar pemeriksaan, hipertensi terdiagnosis ketika tekanan darah saat jantung berkontraksi (sistolik) mencapai 140 mmHg atau lebih tinggi, atau ketika tekanan darah saat jantung berelaksasi (diastolik) mencapai 90 mmHg atau lebih tinggi (Unger et al., 2020). Meskipun demikian, tekanan darah sistolik umumnya dianggap sebagai indikator utama dalam mendiagnosis hipertensi.

Penyebab Hipertensi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi primer dan sekunder. Sebagian besar kasus hipertensi (sekitar 95%) termasuk dalam kategori primer, di mana penyebab pastinya belum diketahui. Sementara hipertensi sekunder adalah manifestasi dari penyakit utama, seperti gangguan ginjal atau adrenal (Tika, 2021).

Faktor Risiko Hipertensi
Faktor penyebab tekanan darah tinggi dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, faktor yang bisa kita ubah, seperti berat badan berlebih (obesits), merokok, konsumsi alkohol dan garam yang berlebih, kurangnya aktivitas fisik, kurang tidur, dan stres. Kedua, faktor yang tidak bisa kita ubah, seperti jenis kelamin, genetik, dan usia.
Faktor Risiko yang dapat Diubah
1. Obesitas
Ketika seseorang mengalami kegemukan, tubuh berusaha untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat. Hal ini menyebabkan pembuluh darah membesar untuk menampung aliran darah yang lebih banyak. Namun, pembesaran pembuluh darah yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan tekanan darah dan menyebabkan hipertensi (Zhang et al., 2019).
2. Merokok
Penelitian menunjukkan bahwa merokok sangat berkaitan dengan penyakit darah tinggi. Semakin banyak rokok yang dihisap, risiko terkena darah tinggi semakin besar. Rokok mengandung zat (nikotin) yang membuat tubuh menghasilkan hormon adrenalin. Hormon ini lah yang membuat pembuluh darah menjadi lebih sempit, sehingga tekanan darah naik (Al, 2020).
3. Stress
Ketika kita stres, tubuh melepaskan hormon adrenalin yang mempersiapkan tubuh untuk menghadapi situasi berbahaya. Akibatnya, jantung kita jadi berdenyut lebih kencang dan terjadi penyempitan pembuluh darah, oleh karena itu tekanan darah menjadi meningkat. Jika stres berkepanjangan, tubuh tidak dapat beradaptasi dan dapat menyebabkan hipertensi (Kartika et al., 2021).
4. Konsumsi Alkohol dan Garam berlebihan
Minum alkohol terlalu banyak dapat memicu hipertensi. Alkohol membuat darah menjadi lebih asam dan kental, sehingga jantung harus bekerja ekstra keras. Selain itu, alkohol juga meningkatkan hormon stres yang membuat tekanan darah naik. (Mega et al., 2019).
Konsumsi garam berlebih adalah salah satu penyebab utama hipertensi. Garam mengganggu keseimbangan cairan dalam tubuh, sehingga volume darah meningkat dan tekanan pada pembuluh darah ikut naik. Penelitian menunjukkan bahwa mengurangi asupan garam sangat efektif dalam mencegah hipertensi (Ariyani, 2020).
5. Aktivitas Fisik Rendah
Aktivitas fisik berperan penting dalam menjaga tekanan darah. Aktivitas fisik yang rendah dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan kuat, sehingga meningkatkan tekanan pada pembuluh darah dan memicu hipertensi. Selain itu, kurang gerak juga bisa menyebabkan obesitas dan penyempitan pembuluh darah, yang dapat berpengaruh terhadap hipertensi (Harahap et al., 2018).
6. Kualitas Tidur
Kurang tidur dapat mengubah sistem saraf otonom, menyebabkan penurunan aktivasi parasimpatis dan peningkatan aktivasi simpatis, sehingga meningkatkan tekanan darah (Shaumi & Achmad, 2019).

Faktor Risiko yang tidak dapat Diubah
1. Usia
Usia yang semakin tua menyebabkan pembuluh darah menjadi kurang elastis. Akibatnya, jantung harus bekerja lebih kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga tekanan darah meningkat. Inilah salah satu faktor utama penyebab hipertensi pada lansia (Wulandari et al., 2023).
2. Jenis Kelamin
Pria dan wanita punya risiko darah tinggi yang berbeda. Pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami hipertensi pada usia muda dan paruh baya. Sebaliknya, pada wanita, risiko hipertensi meningkat secara signifikan setelah menopause, yang diduga terkait dengan perubahan hormonal (Lukitaningtyas & Cahyono, 2023).
3. Genetik
Sebuah gen tunggal (monogenik) yang mengubah protein ginjal dan mengganggu regulasi natrium mungkin menjadi sumber faktor genetik yang menyebabkan hipertensi, atau sejumlah besar gen (poligenik) yang mempengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk renin-angiotensin-aldosteron, sistem kekebalan tubuh, peradangan, dan jalur sinyal sel, dapat meningkatkan risiko hipertensi (Shaumi & Achmad, 2019).

Gejala Hipertensi
Hipertensi seringkali bersifat asimtomatik, artinya tidak menimbulkan gejala yang jelas. Ketika muncul gejala, biasanya berupa keluhan umum seperti sakit kepala, pusing, atau kelelahan. Namun, gejala-gejala ini tidak khas untuk hipertensi sehingga seringkali terlambat didiagnosis. Komplikasi hipertensi baru muncul ketika kerusakan organ sudah cukup parah (Tika, 2021).

Apa yang terjadi jika darah tinggi dibiarkan begitu saja?
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Beberapa di antaranya adalah:
1. Stroke: Pembuluh darah di otak yang terkena tekanan darah tinggi dalam jangka panjang bisa melemah dan pecah, atau tersumbat oleh gumpalan darah. Akibatnya, sel-sel otak tidak mendapatkan cukup oksigen dan nutrisi, sehingga menyebabkan stroke. Gejala stroke meliputi: tiba-tiba merasa pusing, kesulitan berbicara, kelemahan pada satu sisi tubuh, dan kehilangan kesadaran.
2. Serangan Jantung: Darah tinggi yang terus-menerus bisa merusak pembuluh darah jantung, menyebabkan penyumbatan dan pembentukan bekuan darah. Akibatnya, aliran darah ke jantung terganggu, sel-sel jantung kekurangan oksigen, dan terjadi serangan jantung.
3. Gagal Ginjal: Tekanan darah tinggi yang berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal. Kerusakan ini dapat menyebabkan protein bocor ke dalam urine dan mengganggu fungsi ginjal secara keseluruhan. Jika tidak segera diatasi, kerusakan ginjal akibat hipertensi dapat menyebabkan gagal ginjal kronis (Krisma Prihatini & Ns. Ainnur Rahmanti, 2021).

Pencegahan Hipertensi
Untuk mencegah hipertensi, kita bisa menerapkan gaya hidup CERDIK yang dianjurkan Kemenkes:
1. Cek kesehatan secara rutin
2. Enyahkan asap rokok
3. Rajin aktivitas fisik
4. Diet seimbang
5. Istirahat cukup
6. Kelola stres

DAFTAR PUSTAKA
Al, S. et. (2020). Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Masyarakat Indonesia. Jppkmi, 1(186), 2.
Ariyani, A. R. (2020). Kejadian Hipertensi pada Usia 45-65 Tahun. Higeia Journal of Public Health Research and Development, 4(3), 506–518.

Harahap, R. A., Rochadi, R. K., & Sarumpae, S. (2018). Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Laki-Laki Dewasa Awal (18-40 Tahun) Di Wilayah Puskesmas Bromo Medan Tahun 2017. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 1(2), 68–73. https://doi.org/10.24912/jmstkik.v1i2.951

Kartika, M., Subakir, S., & Mirsiyanto, E. (2021). Faktor-Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Hipertensi. Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 1–9.

Krisma Prihatini, & Ns. Ainnur Rahmanti. (2021). Penerapan Terapi Relaksasi Autogenic Terhadap Penurunan Insomnia Pada Pasien Hipertensi Di Kota Semarang. Jurnal Rumpun Ilmu Kesehatan, 1(3), 45–54. https://doi.org/10.55606/jrik.v1i3.39

Lukitaningtyas, D., & Cahyono, E. A. (2023). HIPERTENSI; ARTIKEL REVIEW. Pengembangan Ilmu Dan Praktik Kesehatan, 2(2), 100–117. https://doi.org/https://dx.doi.org/10.56586/pipk.v2i2.272

Mega, A., Riwu, Y. R., & Regaletha, T. A. L. (2019). Hubungan Konsumsi Laru dengan Kejadian Hipertensi di Desa Penfui Timur. Media Kesehatan Masyarakat, 1(2), 39–48. https://doi.org/10.35508/mkm.v1i2.1937

Shaumi, N. R. F., & Achmad, E. K. (2019). Kajian Literatur: Faktor Risiko Hipertensi pada Remaja di Indonesia. Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 29(2), 115–122. https://doi.org/10.22435/mpk.v29i2.1106

Suprayitno1, E. (2019). Gambaran Status Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Desa Karanganyar Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep. Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan), 4(2), 20–24. https://doi.org/10.24929/jik.v4i2.799

Tika, T. T. (2021). Pengaruh Pemberian Daun Salam (Syzygium polyanthum) Pada Penyakit Hipertensi. Jurnal Medika, 03(01), 1260–1265. http://www.jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/download/263/177

Unger, T., Borghi, C., Charchar, F., Khan, N. A., Poulter, N. R., Prabhakaran, D., Ramirez, A., Schlaich, M., Stergiou, G. S., Tomaszewski, M., Wainford, R. D., Williams, B., & Schutte, A. E. (2020). 2020 International Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines. Hypertension, 75(6), 1334–1357. https://doi.org/10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026

Wulandari, A., Sari, S. A., & Ludiana. (2023). Penerapan Relaksasi Benson Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rsud Jendral Ahmad Yani Kota Metro Tahun 2022. Jurnal Cendikia Muda, 3(2), 163–171.

Zhang, Z., Dong, B., Li, S., Chen, G., Yang, Z., Dong, Y., Wang, Z., Ma, J., & Guo, Y. (2019). Exposure to ambient particulate matter air pollution, blood pressure and hypertension in children and adolescents: A national cross-sectional study in China. Environment International, 128(April), 103–108. https://doi.org/10.1016/j.envint.2019.04.036

 

Scroll to Top